Mata Cerah membulat memberi arti
yang berbeda, tetapi seperti biasa ia hanya diam. Apa yang salah pikirku. Cerah
yang selama ini sangat menjaga lisan. Selalu berprasangka baik dan berpikir
sebelum bertanya atau menghakimi. Pasti ada sesuatu yang salah yang telah aku
lakukan. Minimal sesuatu yang membuat Cerah sangat ingin bertanya namun karena
akhlaknya, ia hanya diam dengan tatapan demikian.
Cerah kembali ke kamarnya,
meninggalkan aku dengan sebuah pertanyaan. Memang kamar kami bersebelahan. Jika telah
masuk waktu sholat, maka sholat berjama’ah biasa dilakukan di kamar salah satu
dari kami. Sambil melipat mukena dan merapikan sajadah aku berpikir. Apa yang
mengganggu pikiran Cerah.
Seketika aku tersenyum dan menjadi
sangat malu. Aku ini apa-apaan. Apakah aku sakit, atau butuh Aqua? Akhirnya aku
tergelak sendiri, sambil menutup muka dengan mukena yang baru saja aku lipat.
Rupanya bulat mata Cerah ingin bertanya, sholat apa yang sedang aku kerjakan. Kami
baru saja sholat Ashar berjama’ah, dan aku sholat sunnah Rawatib setelahnya.
Pantas saja. Ima…ima…kalau menjaga sholat sunnah Rawatib juga tidak gitu-gitu
amat.
#23
Komentar
Posting Komentar