Apakah yang halal itu sudah pasti
baik? Apakah yang baik itu sudah pasti halal? Hubungan keduanya bukanlah
implikasi atau biimpilkasi. Kedua jenis syarat ini adalah konjungsi. Mutlak
kedua-duanya harus ada. Masih ingat pelajaran Matematika tentang ini.
Konjungsi, lambangnya berupa simbiol ꓥ. Biasanya dihubungkan dengan kata
hubung ‘dan’. Perhatikan Adapun tabel nilai kebenaran konjungsi berikut ini:
p
|
q
|
p ꓥ q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Perhatikan tabel di atas. Hanya pernyataan
p yang bernilai benar dan pernyataan q yang bernilai benar saja yang akan
bernilai benar. Selainnya adalah salah.
Salah satu salah maka akan salah.
Apalagi jika keduanya bernilai salah, tentu saja menjadi salah. Jadi hanya
ketika kedua pernyataan benar, maka akan benar.
Terkait dengan hubungan makanana halal
dan tayyib maka akan sama dengan konjungsi di atas. Perhatikan tabel nilai
kebenarannya di bawah ini.
p
|
q
|
p ꓥ q
|
Halal
|
Baik
|
Benar
|
Halal
|
Tidak Baik
|
Salah
|
Tidak Halal
|
Baik
|
Salah
|
Tidak
Halal
|
Tidak Baik
|
Salah
|
Konsep makanan halal tentu saja semua
orang akan kritis. Fiqih halal haram yang cabang ini sudah sangat umum diketahui.
Semua hal ini hukumnya boleh, kecuali yang dilarang. Misalnya hewan yang saat
disembelih tidak menyebut nama Allah, darah, bangkai, daging babi, daging
anjing, alkohol atau yang memabukkan, dan lain sebagainya. Intinya hampir semua
umat Islam paham akan hal ini.
Berbeda dengan thayyib atau baik. Konsep ini sering kalah dengan konsep enak. Misalnya
Monosodium Glutamate atau MSG, yaitu penyedap rasa yang memberikan rasa gurih.
MSG ini dapat membuat makanan terasa enak. MSG dalam takaran tertentu
diperbolehkan atau baik. Namun jika
konsumsi MSG ini sudah berlebihan, maka akan jatuh ke dalam tidak baik. Hal
yang sama juga berlaku untuk mie instan, teh, kopi, gorengan, sate dan yang
semisal lainnya.
Nah, pada bagian thayyib ini terkadang
sulit dihindari. Alasan-alasan enak masalahnya, biar tambah gurih rasanya, atau
tidak bisa kalau tidak ngopi, atau juga tidak akan makan jika tidak pakai mie,
dan lain-lain. Sulit memang, akan tetapi perlahan namun pasti sebaiknya mulai
dikurangi.
Kembali kepada hubungan makanan halal
dan baik. Contoh untuk hubungan makanan halal dan baik ini misalnya, minuman bersoda atau berperisa. Tentu minuman
itu boleh dan halal jika diperoleh dengan cara halal dan isinya tidak bercampur
dengan yang diharamkan. Namun jika minuman tersebut konsumsi secara berlebihan maka akan jatuh
menjadi tidak baik. Minumannya halal, namun sering meminumnya tidak baik, maka
menjadi salah. Sebaiknya dihindari yang demikian.
Jadi jelas bukan hubungan makanan halal
dan thayyib itu adalah konjungsi, Harus kedua-duanya benar baru menjadi benar,
selainnya adalah salah. Barangkali demikian.
#22
Komentar
Posting Komentar