Langsung ke konten utama

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow.

Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis.
Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba.

Model 1

Klinometer Model 1 
Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri.
Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan

Model 2
Klinometer Model 2
Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh siswa. Selain karena mudah dibuat, klinometer model ini banyak disebutkan dalam referensi yang didapat siswa saat mencari informasi lewat internet.
Kelebihan   : pengamat bebas menentukan jarak pengamat ke objek.
Kekurangan: sudut elevasi yang didapat biasanya bukan sudut istimewa, sehingga siswa memerlukan alat bantu kalkulator untuk menentukan nilai tangen sudut elevasi.

Model 3
Klinometer Model 3

Kelebihan   : mudah melakukan perhitungan karena tangen sudut elevasi bernilai satu.
Kekurangan: pengamat harus menyesuaikan jarak pengamat ke objek yang diukur agar tali pemberat sejajar dengan sisi segitiga.


Penugasan pembuatan klinometer ini dapat dilakukan selama satu minggu. Kemudian ketika siswa membawa klinometer ke sekolah, guru dapat memeriksa alat tersebut, apakah dapat digunakan atau tidak. Apabila klinometer yang dibuat tidak tepat, siswa diminta memperbaikinya. Setelah memastikan siswa dapat membuat klinometer dengan benar, selanjutnya guru meminta siswa memperagakan cara menggunakan klinometer. Kegiatan dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas. 

Karena guru memang belum mengajarkan cara menggunakan, maka guru dapat membimbing siswa mempraktekkan cara menggunakan klinometer. Biasanya siswa memiliki pengetahuan awal tentang bagaimana cara menggunakan klinometer dikarenakan pencarian informasi saat membuat alat klinometer. 

Setelah siswa mengetahui cara menggunakan klinometer serta perhitungan tinggi objek. Maka siswa diminta mengukur salah satu objek yang tinggi di ruang publik. Misalnya, tinggi tiang bendera sekolah, tiang pemancar telekomunikasi, tinggi gedung pasar, tinggi lampu jalan dan sebagainya. Sebagai penilaian siswa diminta mengumpulkan laporan kegiatan tersebut yang dituliskan dibuku catatan. Penilaian dilakukan untuk dua jenis penilaian, yaitu nilai keterampilan membuat klinometer serta penilaian laporan pengukuran objek.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e