Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini.
Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.
Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat erat dipikiran siswa. Padahal maksud sang guru, istilah tadi hanya agar siswa mudah mengingat. Parahnya istilah tadi seolah dapat digeneralisir pada kasus operasi lainnya.
Salah satu istilah yang penulis sering tergelitik mendengarnya dari kalimat siswa adalah "pindah ruas". Bilangan jika dipindahruaskan akan berubah tanda kata mereka. Kalimat inilah yang akan menjadi bumerang pada soal lainnya. Salah satunya seperti contoh di bawah ini:
Istilah pindah ruas akan berubah tanda menjadi pelik ketika dihadapkan pada operasi pembagian. Padahal maksud istilah pindah ruas untuk mempersingkat langkah prosedural, namun ini sangat riskan. Karena istilah pindah ruas berpeluang besar mengakibatkan miskonsepsi pada siswa.
Guru sebaiknya lebih berhati-hati dalam memberi istilah. Langkah prosedural yang merupakan bagian konsep sebaiknya jangan dilewati pada awal-awal pemahaman konsep. Ketika siswa sudah paham dan mahir dalam menyelesaikan operasi bilangan, barulah langkah prosedural dapat dilompati. Tetapi bukan karena istilah pindah ruas. Berikut ini prosedur yang dilewati pada operasi sebelumnya.
Barangkali terkesan ribet di awal. Namun langkah ini untuk menghindari miskonsepsi pada diri siswa. Karena miskonsepsi sejauh ini tidak mudah untuk dibenahi. Siswa yang telah tertanam konsep yang keliru diawal pembelajaran akan terus melakukan kesalahan konsep yang sama pada pembelajaran selanjutnya. Bukankah ilmu matematika itu hierarki atau berjenjang. Maka lebih berhati-hatilah wahai guru pada tahap menanaman konsep pada siswa.
Komentar
Posting Komentar