Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.
Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru.
Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada temannya untuk dikumpulkan ke ruang guru. Alasannya bisa jadi karena ruang guru sekolah tempat saya bertugas berada di lantai dua. Sedangkan seluruh kelas dimana siswa belajar berada di lantai dasar. Betul, dapat ditebak. Naik tangga adalah aktivitas yang menyebalkan.
Namun bukan hanya alasan ruang guru berada di lantai dua. Siswa malas ke ruang guru karena tidak mengetahui keberadaan meja guru atau tempat guru yang dituju. Alasannya karena jumlah guru sangat banyak. Padahal jumlah guru kurang lebih hanya 10% dari total jumlah siswa. SMAN 1 Koba tahun pelajaran lalu berjumlah 19 rombel. Jumlah yang tidak banyak untuk ukuran sekolah yang sudah tidak muda lagi.
Dibalik itu, ternyata guru juga cukup terganggu dengan pertanyaan siswa yang menanyakan dimanakah letak meja guru yang dituju. Ada pula yang bahkan tidak kenal siapa guru yang dituju. Misalnya seperti ini,
Siswa: Maaf bu, meja bu Reni dimana?
Guru: Waduh nak, itu bu Reni sedang duduk disana. Disana letak mejanya.
Lalu siswa tersebut tersipu malu. Ternyata siswa itu hanya diminta mengantarkan surat untuk ibu Reni, namun siswa itu tidak mengenal siapa ibu Reni.
Dari pembicaraan di atas, dapat diketahui bahwa siswa banyak yang belum mengenal seluruh guru di sekolah. Biasanya guru yang mengajar di kelas mereka saja yang dikenal. Bahkan ada yang mengenal gurunya dengan nama ibu Biologi atau bapak Bahasa Indonesia. Karena siswa tidak mengenal nama guru yang mengajarnya.
Untuk mensiasati masalah di atas, apalagi ketergangguan atas pertanyaan, "Bu. dimana meja ibu Biologi? atau Bu, meja Pak Dodo dimana?". Maka saya selaku guru yang duduk paling dekat dengan pintu masuk dan paling banyak menerima pertanyaan letak meja, akhirnya memutuskan membuat sebuah denah ruang guru. Berikut penampakan denah tersebut, setelah beberapa kali dimintakan uji kelengkapan dan keterbacaan oleh beberapa rekan guru di SMAN 1 Koba.
Akhirnya saya dapat sedikit terbebas dari pertanyaan-pertanyaan "dimana meja" dengan bantuan denah yang telah ditempel di dua pintu ruang guru. Yaitu di pintu I dan pintu II. Dari denah terlihat jelas sekali dimana posisi saya selaku petugas front office :) Semoga dengan denah sederhana ini siswa lebih mengenal guru mereka, serta tak perlu bingung mencari-cari dimana meja guru yang dituju.
Komentar
Posting Komentar