Gadis manis ini belum beranjak, diskusi yang berawal dari curhat semakin memantik rasa ingin tahunya. Lagi-lagi Risma akan mengejar dengan dalih lalu berpikir beberapa saat.
Kali ini Risma menyoroti salah satu pimpinan di tanah air yang sedang ramai dibicarakan. Bukan muslim memang, namun pendukungnya luar biasa riuh dan seolah ramai.
"Bu, pak ustadz ditempat mengaji Risma waktu kecil dulu juga mendukung pak Toni untuk menjadi gubernur. Kata pak ustad, pak Toni itu jujur, bersih dan tidak korupsi, memihak rakyat kecil. Pokoknya bagus" Dalih Risma meminta pembenaran.
"O...begitu, terus jika pak ustadz mendukung, apakah menjadi benar?" selidikku, mengorek daya kritisi gadis ini.
"Ya, tidak sih bu. Tapi mamak di rumah dan kakak-kakak jadi ikut mendukung pak Toni. Mereka percaya pilihan pak ustadz." Risma terlihat bingung.
Begitulah, diskusi ini menjadi panjang. Tidak kurang satu jam, baru simpul pemahaman gadis manis itu terurai. Aku jelaskan bahwa terdapat tanda orang munafik lainnya, yaitu mereka akan berdalih untuk perbaikan, namun sesungguhnya merusak. Memang kadang yang mengatakan perbaikan ini, secara zahir terlihat beriman, bahkan sangat beriman melebihi kebanyakan. Namun sejatinya orang itu termasuk salah satu orang munafik.
Golongan ini termasuk orang-orang sangat yang merugi. Karena mereka berniaga dengan cara membeli kesesatan dengan petunjuk. Mereka sungguh telah terjatuh ke dalam kesesatan. Bisa dibayangakan jika karena perkataan orang munafik ini, lalu orang lain percaya dan mengikuti hingga melakukan kesesatan yang sama. Hal ini sangat berdampak buruk.
Diakhir diskusi kembali aku mengingatkan Risma untuk berhati-hati akan yang tampak. Milikilah ilmu agar tidak terjebak ke dalam lisan orang munafik.
Aku yakin sepulang dari diskusi kali ini, Risma akan lebih rajin membaca terjemah dan tafsir dari tilawah harian rutinnya. Karena saat diskusi, beberapa kali aku minta ia membaca ayat-ayat awal Al-Baqarah beserta artinya.
#8
Komentar
Posting Komentar