Langsung ke konten utama

Cermati, Sadari, Lalu Syukuri


“Nak, Allah itu Maha Adil, Dia pasti telah menciptakan kita dengan kelebihan kita masing-masing. Cuma terkadang pikiran kita tentang nikmat Allah yang dilebihkan kepada kita dan tidak didapat orang lain itu belum terpikirkan.”
Kalimat ini sering sekali saya ulang-ulang ketika memotivasi siswa. Meskipun sebenarnya tujuannya adalah penekanan kepada saya sendiri. Mengingatkan kembali untuk lebih banyak bersyukur.
Anak-anak yang selalu dititipkan kepadaku sebagai wali kelasnya adalah anak-anak unggulan. Anak-anak dengan nilai paling  tinggi yang mendaftar di sekolah itu dirangking sampai tingkatan ke-30 terbaik, lalu dipagkas masuk kelas itu. Atmosfer kelas  sangat kompetitif, study oriented sering menjadi momok bagi penghuninya.

Semua hampir lengkap. Kandidat-kandidat peserta OSN, O2SN, FL2SN, lomba debat, lomba literasi, lomba KIR dan semua kompetisi siswa  selalu diincar dari kelas unggulan ini. Mereka yang terbaik. Akan tetapi tentunya dalam satu kelas tidak semuanya nyaman dengan atmosfir kelas. Beberapa yang terlihat terseok bahkan cenderung tertekan masuk kelas unggulan itu.

Suatu ketika bahkan ada anak itu pernah mengungkapkan  bahwa ia merasa minder masuk kelas tersebut dan ingin pindah kelas saja. Di sinilah biasanya saya memberikan pemahaman sekaligus memotivasi mereka. Bahwa setiap mereka adalah unik dan special. Semua memilki kelebihan masing-masing. Tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Barangkali memang di satu bidang seorang anak akan unggul, namun pastinya ada bidang lain yang tidak menjadi unggulannya.

Bukan kabar baiknya, anak-anak banyak yang belum paham jika bidang ilmu itu banyak. Tidak semua tertera dan terukur di sekolah.  Jadi saat di sekolah dengan iklim kompetisi dan nilai pada bidang itu-itu saja yang mereka ketahui. Sedangkan pada bidang tersebut memang mereka lemah, maka akan berakibat mereka merasa minder dan tidak memiliki kelebihan.

Padahal ilmu yang Allah tebarkan di dunia ini sangat banyak. Andaikan dituliskan dengan air laut sebagai tintanya maka tidak akan cukup. Misalnya, anak yang berkata minder yang saya ceritakan sebelumnya adalah anak yang paling jago ITnya. Siapa yang tidak mengenalnya di sekolah untuk urusan itu. Dia yang saat ini masih duduk di kelas X bahkan sering mendapat pesanan pembuatan atau editing video dari kakak-kakak kelasnya. Sayangnya kemampuan ITnya ini tidak mendapat nilai khusus dirapornya, sehingga tetap saja fokusnya pada bidang ilmu yang menjadi kelemahannya.

Di sanalah tugas guru sebagai motivator mulai berlaku. Ah, intinya nikmat Allah sangat banyak nak. Dan Allah telah melebihkannya untuk kita pada beberapa bagian dibandingkan orang lain. Cermati, sadari lalu syukuri, itu saja.



#24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow . Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis. Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba. Model 1 Klinometer Model 1  Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri. Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan Model 2 Klinometer Model 2 Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh