Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Genba TEY 10 di SMAN 1 Koba

Terdapat 24 jenis Ekstrakurikuler (Ekskul) di SMAN 1 Koba. Rasa-rasanya beragam jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik  dapat berkembang di dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai di sekolah kami. Sama halnya dengan KIR atau Karya Ilmiah Remaja. Ekskul KIR  ini adalah satu jenis  ekskul  baru di SMAN 1 Koba. Jika ingin ditelusuri lebih jauh, maka ekskul ini adalah bagian materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang hilang sejak kurikulum 2013 (K13) diberlakukan. Untuk jenjang SMA materi pelajaran membuat karya ilmiah ditiadakan. Sebelumnya, yaitu saat KTSP 2006 masih berlaku, tidak sulit menemukan ide brilian dari peserta didik sebagai bahan untuk berpatisipasi dalam lomba KIR. Guru Bahasa Indonesia cukup memilih dari karya penelitian peserta didik yag telah selesai sebagai tugas, kemudian menyesuaikan tema penelitian dengan tema lomba KIR yang sedang diadakan. Sayang, setelah K13 diberlakukan, praktis sekolah kesulitan mengikuti kegiatan lomba KIR karena peserta

Hari Ini (Genba, SILN, Daring)

Sebenarnya label curcol ini  bak penampungan tulisan yang tidak terkategorikan. Misalnya saat ini, ketika saya ingin menulis tapi sekiranya kurang banyak manfaatnya. Hanya ingin bercerita, menumpaskan rasa hari ini. Iya hari ini. Sejak pagi agenda sudah disusun, gaya :) Hari ini adalah jadwal menemani dua peneliti muda mengambil hasil uji air di BLH provinsi. Memang sekolah kami, SMAN 1 Koba masuk ke dalam 25 finalis Toyota Ecoyouth-10. Dari 2500 proposal se-Indonesia, Alhamdulillah salah satu proposal yang diajukan peserta didik kami masuk ke dalam 25 finalis terpilih. Mereka adalah Theodore Isaac dan Elfira Miranda. Dana penelitian 15 juta sudah mereka kantongi untuk penyelesaian proyek penelitian tersebut.  Dan hari ini adalah puncak pembuktian hipotesis penelitian mereka. Rencana pagi hari dengan menggunakan mobil sekolah kami, saya beserta dua peneliti muda itu akan mengambil hasil uji air secara mandiri. Namun setiba di sekolah kepsek menyampaikan akan mengantarkan kami se

Denyut MGMP Kami

Hari ini adalah petemuan ketiga MGMP. Saat akan berangkat ke sekolah tempat kegiatan, langit menunjukkan awan gelap. Hampir menyurutkan langkah. Jarak rumah peserta MGMP ke tempat acara antara 20-60 km. Ditempuh dengan kendaraan pribadi, lebih banyaknya roda dua. Jangan harap kendaraan umum. Sangat sulit. Bahkan di beberapa desa, hanya terdapat satu bus sebagai angkutan umum. Ada yang dengan durasi tiga jam sekali baru berangkat. Itu juga tidak pasti. Salah satu alasan mengapa MGMP kami mati suri adalah alasan mobilitas tersebut. Selain juga karena aktivitas lain dihari sabtu. Kabupaten Bangka Tengah sudah hampir tiga tahun menerapkan pola lima hari efektif belajar untuk jenjang SMP dan SMA sederajat. Aturan ini membuka tempat hari Sabtu sebagai hari guru belajar, yaitu hari MGMP. Dengan alasan ini, maka kami seolah tanpa libur. Senin-Jum'at mulai pukul 07.00-16.00 WIB. Lalu Sabtu  MGMP, ditambah pelajaran tambahan untuk mata pelajaran UN. Alasan-alasan inilah yang menyuru