“Bu, apakah bisa dikatakan
munafik itu namanya?” Tanya Risma.
“Sekarang ibu tanya ke Risma,
munafik itu apa?” Saya malah balik bertanya kepada Risma.
“Munafik itu kan cirinya ada tiga
bu, satu kalau berkata dia bohong, dua kalau berjanji dia ingkar dan yang
terakhir jika diberi amanah dia khianat.” Jelas Risma.
“Lalu apakah Risma sudah
menemukan ketiga hal itu pada diri teman
Risma yang diceritakan kepada ibu?” Kembali saya bertanya.
Muka Risma terlihat bingung. Aku
tahu hal itu dikarenakan Risma sudah menceritakan sejak awal ikhwal
pertanyaannya tadi. Risma menceritakan bagaimana temanya berdusta ketika
berbicara. Temannya juga pernah mengingkari janji, bahkan tidak menjalankan
amanah yang diberikan pada suatu kali.
“Maksud ibu…?” Risma mencari maksud
pertanyaanku.
“Iya nak, maksud ibu cukupkah
dengan cerita Risma tadi sehingga menghukumi dirinya sebagai orang munafik?”
Aku mencari isyarat kepahaman di mata
Risma.
Risma tersenyum tipis, lalu
mengangguk. Beberapa kali hal ini sudah pernah terjadi. Gadis manis ini sudah
sangat paham jika aku akan mengatakan untuk jangan mudah menilai. Karena masalah
perilaku ini dapat dilihat dari
frekuensi seseorang itu melakukan sikap yang sama. Apakah sering dilakukan atau
tidak. Karena ada kalanya seseorang itu melakukannya dengan alasan lupa atau
alasan-alasan tertentu yang mendesak.
Memang gadis manis ini telah
menjelma sebagai akhwat tangguh yang siap meneruskan garis estafet dakwah di
sekolah. Ia sangatlah kritis, tinggal ditambahkan sikap kehati-hatian. Termasuk
berhati-hati dalam menilai.
“Nak, banyak sekali orang yang
mengaku beriman namun sejatinya hanya dilisan saja. Mereka juga termasuk orang
yang munafik. Lalu, bagaimana kita mengetahui apakah pengakuan seseorang itu
hanya dilisan saja, kadang hanya Allah dan dia sendiri yang mengetahuinya.”
Aku kembali mencari raut kepahaman diparas manis Risma.
Risma mengangguk tanda paham. Sebentuk
pemahaman bahwa sejatinya kita hanya
mampu menilai yang tampak saja, selainnya hanya Allah yang dapat mengetahuinya.
#7
Komentar
Posting Komentar