Hari ini Anisa sangat kesal. Siswa mentoring yang baru enam bulan bergabung dengan Rohis itu sedang semangat-semangatnya belajar Islam menggerutu dan bercerita dengan kening berkerut.
"Iya kan bu, hidayah itu dikejar dan ditangkap. Bukan malah sudah datang lalu dibiarkan pergi." Begitu gerutu Anisa tadi.
"Sudah tahu perintah berjilbab itu ada dalam Al-Qur'an, tetapi masih saja bilang 'nanti menunggu hidayah'. Keburu kabur hidayah itu." Muka Anisa semakin berlipat.
Kalimat-kalimat Anisa mengalir tanpa terbendung. Aku mendengarkan, mencoba merasakan hatinya yang bergemuruh semangat. Rupanya pemahaman Anisa akan hidayah sudah sangat baik. Gadis cantik itu mampu menjawab alasan temannya yang diingatkannya akan perintah menggunakan hijab.
Menanti hidayah, kata-kata itu seringkali dijadikan alasan untuk menunda perintah. Bukan hanya soal mengapa belum berjilbab saja. Misalnya, saat kemampuan ekonomi sudah mumpuni untuk berhaji, kata-kata 'belum ada panggilan' akan dijadikan alasan. Klise memang, namun itu adalah realita. Bukankah Allah sudah memanggil, bahkan dengan keras. Kadang kita saja yang tidak mendengar atau sengaja pura-pura tidak mendengar.
Sayang sekali, bukankah hidayah itu adalah petunjuk. Petunjuk bagi orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Bagi siapa yang mendapat petunjuk lalu mengambilnya, maka mereka adalah orang yang beruntung.
Aku hanya mampu mendengar curahan hati Anisa, sambil mengingatkan agar tak lelah memberi nasehat kepada teman-temannya karena nasehat itu harus diulang-ulang. Semoga Allah menjadikan Annisa sebagai jalan hidayah bagi teman-temannya. Gadis cantik yang baik, tetap istiqomah ya nak.
#6
Komentar
Posting Komentar