Langsung ke konten utama

Matematika Rekreasi dan Peredaran Matahari


Matematika itu menyenangkan, ups…jangan protes dulu. Saya mahfum,  seperti hasil survei saya didua kelas SMK 1  Koba yang berjumlah 62 siswa  hanya 3 orang siswa saja  yang menjadikan matematika sebagai mata pelajaran favoritnya. Meskipun demikian ,bukan berarti matematika menjadi tidak menyenangkan. Adalah matematika rekreasi  yang meyajikan masalah matematika sebagai ‘kendaraan’ menyampaikan materi/substansi matematika.  Materi  matematika rekreasi  ini dapat juga digunakan sebagai pengantar pembelajaran sebagai trigger ataupun sebagai pemanasan untuk menyiapkan siswa secara mental agar siap mempelajari materi matematika tertentu.

Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Maka seorang guru/pendidik memang harus memiliki kompetensi yang cukup agar mampu memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran yang dituntut oleh Standar Proses.. Salah satu bekal bagi guru matematika adalah penguasaan substansi materi belajar matematika dan kreatifitas penyajiannya.

Beberapa contoh materi matematika rekreasi dapat berupa rekreasi bilangan dan aljabar, rekreasi kunci yang menggunakan metode Yamagiri, serta rekreasi sandi.  Materi matematika rekreasi ini informatif, menantang dan menyenangkan namun tetap dengan substansi matematikanya. Dengan materi matematika rekreasi ini diharapkan siswa dapat tertarik untuk mempelajari matematika lebih lanjut.

Berikut ini saya sajikan  satu contoh matematika rekreasi, berupa peredaran matahari  yang dapat menghantarkan siswa dalam belajar grafik fungsi sinus dan cosinus.
Dalam konteks pelajaran matematika yang akan dikaji adalah peredaran matahari sepanjang tahun. Guru meminta siswa untuk menginput data yang diperlukan, yaitu jam berapa matahari terbit dan jam berapa matahari terbenam. Kegunaannya adalah untuk mengetahui berapa lama panjang siang hari. Data dapat diperoleh siswa dengan cara mencari diinternet, biasanya lembaga hisab suatu negara atau lembaga angkatan laut/udara atau lembaga sejenis NASA  memiliki data lengkap jam berapa matahari terbit dan terbenam di suatu negara atau kota. Data inilah yang diadaptasi oleh lembaga Islam untuk penetapan jadwal sholat dan puasa.

Misalkan  di Tokyo, maka siswa mencari jadwal sholat atau data astronomi di kota Tokyo melalui internet. Catat jam berapa terbit matahari dan jam berpa terbenam matahari.  Kemudian  sajikan dalam bentuk tabel.
Tanggal
1.1
20.1
10.2
1.3
20.3
10.4
1.5
20.5
10.6
1.7
20.7
10.8
1.9
20.9
10.10
1.11
10.12
1.1
Terbenam


















Terbit


















Lama



















Pindahkan bilangan-bilangan Lama waktu siang hari dan Hari (tanggal) dalam bentuk grafik.
Jika panjang waktu dinyatakan dengan T dan lama siang hari dinyatakan dengan L, buatlah hubungan antara t dan L dalam grafik fungsi (mungkin sinus atau cosinus).
Andaikan grafiknya L = a sin (kT + c), tentukan nilai-nilai a, k, c yang memenuhi persamaan
L = a sin (kT + c) untuk grafik tersebut.

Lakukan hal serupa untuk kota-kota: Amsterdam, Jakarta, Melbourne, Mekkah.
Aktivitas yang diharapkan adalah siswa mendapatkan informasi yang dapat direpresentasikan melalui grafik, dan grafik yang diperoleh adalah grafik periodik. Selanjutnya siswa dapat membuat dugaan dan selanjutnya mencari bukti berupa pemahaman konsep. Pada akhirnya diharapka siswa dapat membuat model matematika.Aktivitas rekreasi yang didapatkan siswa berupa informasi bahwa setiap kota di dunia ini memiliki model yang unik dan berbeda dari kota lain.

Sumber:
http://etraining.p4tkmatematika.org/mod/resource/view.php?id=596
Turmudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika Referensi untuk Guru SMA/MA, Mahasiswa, dan Umum. Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Catatan Kecil:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow . Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis. Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba. Model 1 Klinometer Model 1  Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri. Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan Model 2 Klinometer Model 2 Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh