Sudah sejak tiga tahun lalu saya ingin sekali membuat kelas online untuk pembelajaran di sekolah. Namun baru semester ini dapat terlaksana. Sejak saya mengikuti diklat online, mendapat ilmu serta sharing teman yang terlebih dahulu mengenal kelas maya ini, maka bertambah keinginan saya untuk menerapkan kelas online dalam keseharian pembelajaran di sekolah. Tapi lagi-lagi saya terbentur dengan aturan dan keadaan.
Di sekolah siswa dilarang membawa ponsel. Kemudian pula saat ditanya kepada semua siswa, ada saja siswa yang tidak dapat mengakses internet. Baik dengan alasan tidak memiliki laptop atau ponsel pintar, ada pula yang terkendala tidak adanya koneksi internet di desanya. Dulu semua itu menjadi kesulitan yang belum dapat dicarikan solusinya. Dulu rencana kelas online mentok dialasan yang sama setiap tahunnya.
Untunglah, tahun ini saya tersadarkan. Jika alasan yang selama ini menunda kelas online bukanlah sebuah kesulitan. Ternyata alasan-alasan klise itu adalah tantangan yang mesti dicarikan solusinya. Maka mulailah saya menyusun siasat. Saya hanya membutuhkan minimal lima laptop milik siswa yang dapat dibawa ke sekolah. Ternyata estimasi tidak meleset. Dari lima kelas yang saya mengajar matematika di sana, semuanya terdapat minimal lima laptop yang dapat dibawa ke sekolah tiap kelasnya.
Sehingga, dengan bantuan 5-7 laptop yang ada saya dapat membentuk kelompok kelas online.
Siswa yang membawa laptop didaulat sebagai ketua kelompok. O ya tidak ada alasan untuk koneksi internet, di sekolah wifi lancar jaya. Maka mulailah mereka masuk kelas online. Schoology saya pilih karena fiturnya yang serupa facebook. Harapannya, siswa tidak menemui banyak kesulitan dalam beradapatsi dengan kelas online di dalamnya. Maka tiap-tiap siswa diwajibkan memiliki akun schoology sendiri. Sang ketua kelompok bertanggung jawab untuk memastikan anggotanya memiliki akun schoology.
Proses pembuatan akun dilakukan secara bersama-sama di sekolah. Siswa juga diajarkan membuat akun diponsel dengan bantuan ponsel sang guru. Diharapkan mereka dapat menggunakannya melalui ponsel di luar sekolah. Maka alasan tidak memiliki laptop atau perangkat semakin hilang. Dalam proses ini juga siswa sedang meningkatkan literasi ICT mereka. Tidak jarang beberapa siswa bahkan belum memiliki email, sehingga mulai belajar membuat email. Hiruk pikuk kesan pertama menggunakan kelas online ini menuai berbagai kejutan.
Ternyata siswa senang dengan kelas online. Ternyata pula mereka tidak gagap dengan teknologi. Benarlah, kita (saya maksudnya) orang dewasa yang sering membatasi capaian kompetensi siswa. Rupanya mereka suka. Tahu begini, dari dulu diterapkan ^^ Baiklah dengan bantuan kelas online ini maka ruang dan waktu bukanlah kendala. Kapan dan dimana saja pembelajaran dapat berjalan, pun ketika sang guru tidak berada di dalam kelas. Pembelajaran masih dapat terkontrol dan berjalan.
Rupanya selama ini gurunya yang sulit bukan siswanya. Gurunya yang rumit dengan keadaan. Tapi itu dulu. Sekarang gurunya menyukai tantangan. Seperti saat ini siswanya harus dilatih untuk ulangan secara jujur. Karena di sana letak kelemahan teknologi, belum dapat memasuki ranah sikap. Tapi guru ini percaya kepada kalian. Siswa-siswaku adalah anak yang baik. Selama ini kejujuran adalah keunggulan kita bukan?. Ingat "jujur kacang ijo" ujar sang guru, lalu kalian akan menjawab "bubur bu, bubur..." disertai senyum manis kalian.
Komentar
Posting Komentar