Langsung ke konten utama

ONIP 2015

Menjadi salah satu peserta Olimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran (ONIP) Matematika tahun 2015 adalah kesempatan menuntut ilmu yang luar biasa. Menjadi finalis adalah sebuah tiket untuk mendapat ilmu ditataran nasional. Kesempatan bertemu guru-guru inovatif dari seluruh pelosok nusantara menjadi magnet tersendiri.

ONIP terbagi menjadi tiga kategori yaitu inovasi produk ICT, non-ICT, dan model pembelajaran. Tapi dalam penilaian nanti dalam kelas penilaian dibagi menjadi dua kelas, yaitu kategori ICT dan non-ICT.  Jadi model bergabung dengan non-ICT dalam satu kelas. Menurut Kepala PPPPTK Matematika selaku penyelenggara kegiatan yaitu Bapak Prof. Widodo, produk ICT diberikan kuota finalis lebih banyak dibandingkan dengan kategori non-ICT.

Dalam kegiatan ONIP kita tidak serta merta bersaing berkompetisi. Namun di sana kita diajarkan bagaimana membuat produk yang inovatif. Ada workshopnya. Belajar menulis makalah, belajar memperbaiki produk kita. Perlu diingat bahwa ONIP mengedepankan inovasi untuk mengajarkan konsep dan mempermudah pembelajaran. Produk yang terlihat keren, belum tentu menjadi yang terbaik. ONIP diharapkan menjadi wadah lahirnya produk pembelajaran inovatif yang membantu guru untuk mengajarkan konsep. Produk yang hanya mengasah drill meskipun menarik, dapat tidak menjadi jawara dalam ONIP. Begitulah penilaian juri yang saya pahami.

Akan tetapi menjadi juara bukanlah tujuan utama. Menjadi finalis saja merupakan keberuntungan luar biasa. Minimal dengan berkumpul dengan guru-guru yang inovatif, serta mendapat pencerahan dari fasilitator, maka bertambahlan ilmu dna semangat untuk menciptakan produk pembelajaran yang inovatif. Setidaknya dengan modal tersebut akan menjadi bekal untuk mempersiapkan diri dalam ONIP tahun ini.

Hampir lupa, ada rahasia kecil dalam mengikuti ONIP. Jika ingin menjadi finalis saja ikutlah dalam kategori produk ICT, karena peluangnya lebih besar. Tapi jika ingin menjadi juara, masuklah kelas non-ICT saja ^^. Ini kesimpulan para ibu-ibu yang tergabung dalam kelas ICT. Mengingat setiap tahun penyelenggaran ONIP, finalis ibu-ibu kategori ICT selalu berkurang. La wong bapak-bapaknya hebat banget ICTnya.

Berikut foto-foto yang berhasil dihimpun oleh saya selama kegiatan dan sekiranya perlu dipublikasikan.
Foto persiapan eksibihi sebelum datang tim penilai

 Maaf dokumentasi yang ada hanya beberapa finalis kelas ICT saja. Dapat terlihat ibu-ibunya hanya bertiga. Sebenarnya finalis bapak-bapaknya lebih dari ini.
Foto para ibu-ibu dalam kategori ICT plus satu sang bapak ketua Matematika Nusantara


Semoga para guru matematika di seluruh tanah air dapat berpartisipasi dalam kegiatan ONIP tahun ini. Dijamin tidak menyesal dan nagih. Sekian dari saya#latepos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow . Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis. Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba. Model 1 Klinometer Model 1  Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri. Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan Model 2 Klinometer Model 2 Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh