“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). - Bob Talbert Sebagai pemimpin pembelajaran memiliki tugas utama untuk mengajarkan siswa ilmu pengetahuan. Akan tetapi mengajarkan siswa akan nilai-nilai kebajikan adalah tugas yang paling utama. Karena dalam kehidupan siswa di masa depannya akan mengalami situasi dimana harus membuat keputusan akan hidupnya yang tidak jarang memberikan dilemma etis yang memerlukan pondasi nilai-nilai kebajikan yang dimiliki untuk menjadi dasar pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Guru, siswa dan setiap kita adalah individu bagian masyarakat, oleh karenanya setiap keputusan yang kita ambil akan berdampak pula pada lingkungan kita. Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~ Kutipan di atas m
Membaca dan memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan membuat saya merenung dalam. Banyak hal esensial yang selama ini saya seperti terpinggirkana dalam pemikiran saya. Saya sebagai guru mapel Matematika yang selama ini di Ujian Nasionalkan, selalu menjadikan capaian kompetensi yang akan diukur di dalam soal-soal UN sebagai patokan dalam mengajar. Hampir semua contoh soal, soal latihan, ataupun soal ulangan selalu menggunakan atau merekonstruksi soal-soal UN. Intinya mengajar lebih berfokus kepada sejauh mana siswa dalam menyelesaikan soal UN. Ditambah lagi dengan padatnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, seringkali membuat saya hanya berfokus kepada ketepatan waktu menyelesaikan seluruh kompetensi dasar yang ada. Kenyataan ini membuat saya terkesan terburu-buru menyelesaikan materi, sehingga kurang memperhatikan sejauh mana siswa menikmati pembelajaran yang berlangsung. Untungnya UN telah dihapuskan dan ada kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka yang