Langsung ke konten utama

Bonusnya Guru SILN

Sengaja membuat judul yang hiperbolik. Bukan apa-apa memang demikian adanya. Jika bukan karena paspor sakti itu, pasti saya cukup repot dengan urusan visa. Manjadi guru SILN apalagi berstatus PNS, maka akan mendapatka dokumen perjalanan dinas yang istimewa berupa paspor biru/paspor dinas. Pemeganga paspor dinas dan diplomatik Indonesia dapat melakukan kunjungan singkat ke hampir 50 negara tujuan tanpa visa. Cukup perlihatkan paspor pada petugas keimigrasian di Bandara, meskipun pada bebebarapa negara kita harus menunggu beberapa saat untuk diperiksa lebih lanjut. Asumsi saya mungkin karena pemegang paspor dinas dari Indonesia tidak banyak, atau bahkan mereka tidak mengetahui kekuatan paspor dinas Indonesia, entahlah. Yang penting itu adalah salah satu bonus ketika menjadi guru SILN, yaitu kemudahan akses untuk melihat belahan bumi Allah yang lain.


Tersebutlah hari itu saya akan transit di Abu Dhabi selama 6 jam. Dipikir-pikir alangkah indahnya jika dapat sejenak melenggang keluar bandara. Masjid Sheikh Zayed menjadi prioritas utama kunjungan, karena jaraknya hanya 17 km dari bandara Abu Dhabi. Masih banyak tempat menarik lainnya. Namun karena singkatnya waktu transit saya dan saat itu masih sangat pagi, maka pusat publik belum banyak yang buka. 

Saya masih sempat sholat subuh di atas pesawat sebelum landing, saat itu memang masih gelap. Sejenak menyerumput minuman hangat di bandara sebelum saya lanjutkan ke imigrasian untuk keluar bandara. 

"Baru pertama kali ke sini?" tanya sang petugas.

"Iya." jawab saya sambil mengangguk.

"Lewat sini." sang petugas mengarahkan ke salah satu jalur menuju petugas keimigrasian.

Saya berikan paspor dan boarding pas lanjutan penerbangan Abu Dhabi-Jeddah. 

"Visa?" sang petugas menanyakan visa kunjungan saya.

"No need visa, it's service paspor." jawab saya dengan yakin.

Tanpa banyak bertanya, sang petugas langsung mengecek dokumen saya kembali. Tanpa ditanya, saya pun menjelaskan jika saya hanya ingin keluar sebentar untuk mengunjungi Masjid Syeikh Zayed. Petugas kemudian meminta saya harus kembali lagi ke bandara pukul 9 pagi. Setelah prosedur keimigrasian selesai, foto dll, akhirnya saya dipersilahkan menuju area keluar bandara.

Hal pertama yang saya lakukan adalah bertanya di bagian informasi. Bagaimana saya bisa ke Masjid Syeikh Zayed, alhamdulillah katanya ada bus gratis yang dapat membawa saya ke sana. Sayangnya bus mulai beroperasi pukul 8 pagi, saat itu masih pukul 6.30 pagi. Karena saya akan mengejar penerbangan selanjutnya pukul 10.30 maka saran petugas informasi agar saya menggunakan taxi dari Masjid ke bandara. Tentu saja, bus gratis itu hanya ada pada jadwal-jadwal tertentu saja. Uang 100 dirham cukuplah untuk jaga-jaga ongkos taxi dan membeli cemilan, itu saran petugas juga.

Maka setelah mengambil uang di ATM, saya keluar dari bandara menuju tempat menunggu bus. Cukup lama, karena saat itu masih teramat pagi, pukul 7. Waktu satu jam cukup untuk berkenalan dengan aroma Abu Dhabi. Sejenak mengamati sekeliling dan berbicara dengan satu dua orang yang sama-sama menunggu bus. Ternyata tidak semua calon penumpang yang menunggu di sana adalah penumpang bus, beragam transportasi layanan bandara dengan berbagai tujuan ada di sana.

Tak sabar menanti pukul 8 pagi, berkali-kali kulirik layar HP, tidak ada pesan karena tidak ada koneksi internet, hanya angka yang menunjukkan jam yang berkali ku pandangi. Ternyata bus sedikit terlambat, pukul delapan lebih 10 menit baru tiba. Ups, ternyata bukan saya saja yang memanfaatkan waktu transit mengunjungi Masjid Sheikh Zayed. Pastinya ada dua penumpang yang bahkan repot dengan kopernya masuk ke dalam bus yang sama. Satu laki-laki usia 40 tahunan satu lagi gadis manis usia duapuluh tahunan. Keduanya berwajah Asia, kulit putih dan bermata sipit. Bedanya sang gadis adalah warga negara Cina yang baru pulang dari traveling ke Afrika Selatan, sang bapak adalah warga negara Amerika akan kembali ke Amerika dari perjalanan juga (lupa dimana).

Bus melaju dengan kecepatan sedang, menghabiskan tidak lebih dari 30 menit untuk sampai ke tujuan. Sayang kembali saya harus menunggu, ternyata Masjid Sheikh Zayed buka jam 9 pagi. Ah, apa kabar pesan sang petugas keimigrasian bandara. Lupakan, pokoknya saya wajib masuk ke sana terlebih dahulu.

Sesampainya di lokasi dimana Masjid berada, seingat saya saat itu sangat jauh dari titik Masjid berada, kami diarahkan (lebih tepatnya saling mengikuti sesama pengunjung), ke bagian lain sebuah bangunan. Letaknya cukup jauh dari Masjid. kemudian kami masuk dan ternyata bangunan itu adalah akses masuk ke dalam masjid, kerennya kami melalui area bawah tanah. Akses masuk tersebut berupa bangunan megah yang memiliki perangkat pengamanan standar memasuki tempat tempat dan lajur perjalanan menuju masjid. Kesan pertama sudah luar biasa.

Tentu saja setibanya di lokasi Masjid pemandangan tersaji lebih kuar biasa. Masjid putih bersih dan megah. Wah, maka sibuklah kami dengan camera ponsel dan camera profesional masing-masing. Kami memulai dengan mengambil foto dihalaman Masjid kemudian merapat ke dalam bangunan masjid yang memang dibuka untuk umum, non muslim bisa masuk dan mengabadikan arsitektur indah masjid.

Saya mengambil rute yang sama. Bedanya saya meminta izin kepada petugas untuk shalat sunnah di dalam masjid yang bisa diakses masuk. Letakkan bersebalahan dengan lokasi yang dibuka untuk umum dan dijaga petugas. Bagian masjid ini selayaknya masjid pada umumnya, tempat dan terbuka untuk beribadah. 

Benar saja informasi yang saya baca, karpetnya benar-benar dingin. Katanya dibawah desain masjid ini memang dilengkapi pendingin padabagian bawah. Sehingga karpet menutup lantai masjid menjadi dingin.Benar-benar luar biasa. 

Selesai sholat, saya bergegas keluar lokasi masjid. Kembali melalui akses masuk awal, meninggalkan turis-turis yang masuk bersama sama. Pasti mereka memiliki luang waktu berlebih dibandingkan saya. Secepatnya saya berjalan, kemudian memberhentikan taxi untuk bergegas kembali ke bandara.

Hufttt, tepat 10 menit duduk kembali di ruang runggu bandara,i informasi untuk boarding diumumkan. Akhirnya saya tidak terlambat. Nice, 6 jam transit bisa menjejak Masjid indah di sini.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow . Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis. Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba. Model 1 Klinometer Model 1  Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri. Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan Model 2 Klinometer Model 2 Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh