Langsung ke konten utama

Merenungi Pemikiran KHD.

Membaca dan memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan membuat saya merenung dalam. Banyak hal esensial yang selama ini saya seperti terpinggirkana dalam pemikiran saya. Saya sebagai guru mapel Matematika yang selama  ini di Ujian Nasionalkan, selalu menjadikan capaian kompetensi yang akan diukur di dalam soal-soal UN sebagai patokan dalam mengajar. Hampir semua contoh soal, soal latihan, ataupun soal ulangan selalu menggunakan atau merekonstruksi soal-soal UN. Intinya mengajar lebih berfokus kepada sejauh mana siswa dalam menyelesaikan soal UN.

Ditambah lagi dengan padatnya  kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, seringkali membuat saya hanya berfokus kepada ketepatan waktu menyelesaikan seluruh kompetensi dasar yang ada. Kenyataan ini membuat saya terkesan terburu-buru menyelesaikan materi, sehingga kurang memperhatikan sejauh mana siswa menikmati pembelajaran yang berlangsung. Untungnya UN telah dihapuskan dan ada kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka yang telah membawa perubahan akan capaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini membawa angina segar bagi saya pribadi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Sebagaimana diketahui pula ruh kurikulum merdeka adalah pemikiran KHD tentang konsep merdeka belajar dan merdeka mengajar. Siswa diharapakan dapat merdeka dalam belajar, belajar apa yang mereka sukai dan butuhkan, dengan cara mereka serta dengan suasana yang menyenangkan. Guru juga diharapkan dapat merdeka mengajar, merdeka dalam memfasilitasi kebutuhan siswa tanpa tuntutan materi materi yang menumpuk serta administrasi guru yang banyak.

Pemikiran KHD saya temukan lebih terang setelah mempelajari modul dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Fokus utama saya akan tujuan pendidikan yang disebutkan KHD untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sekolah juga diibaratkan taman yang menyenangkan bagi anak. Sedangkan guru laksanakan seseorang yang menghamba kepada anak. Sebagai seorang hamba tentunya akan memberikan yang terbaik untuk kebutuhan anak.

Membaca kalimat-kalimat KHD membuat saya merefleksikan kembali bagaimana saya merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Sejauh apa memang pembelajaran Matematika yang telah saya laksanakan benar-benar menjadi bagian capaian keselamatan dan kebahagian siswa. Apakah pembelajaran tersebut dirasakan menyenangkan oleh siswa.  Kemudian apakah pembelajaran yang telah sata rancang benar-benar memfasilitasi kebutuhan setiap siswa akan pelajaran Matematika di kelas? Semua renungan tersebut sampai saat ini saya refleksikan kemudian berusaha memperbaiki apa yang saya pikir belum atau kurang tepat.

Saat ini, setelah memahami pemikiran KHD, saya mulai merancang pembelajaran yang diharapakan memenuhi setiap kebutuhan siswa. Langkah awal yang telah saya lakukan adalah membuat tes awal yang akan didiagnosis kemampuan prasyarat materi pembelajaran yang akan dipelajari. Hal tersebut diharapkan agar saya dapat mengetahui siswa mana yang sudah siap belajar materi baru dan mana yang belum. Hasil tes kemampuan awal ini juga untuk memudahkan saya dalam membuat pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awalnya sehingga didapatkan pengelompokan siswa yang heterogen.

Langkah selanjutnya adalah merancang Lembar Kerja Siswa dengan permasalahan kontekstual sehingga diharapkan siswa dapat memahami konsep materi yang diajarkan. Kemudian melaksanakan pembelajaran yang diharapkan dapat menjadikan suasana yang menyenangkan.

Berikut ini dokumentasi kegiatan pembelajaran dengan didahului tes diagnostik kemapuan awal, lalu siswa dibagi ke dalam pengelompokkan yang heterogen berdasakan hasil tes diagnostik. Kemudian siswa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang kontekstual, lalu mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

Siswa sedang mengerjakan LKS (pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal)

Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Kelompok siswa lainnya yang mempresentasikan hasil disksui

Lihat tes diagnostic, LKS, hasil tes, sertapengelompokkan di sini.

Saat ini langkah perubahan sudha saya mulai. Tentu saja perubahan akan dilakukan terus-menerus sehingga dapat lebih baik lagi. Hal yang akan lakukan selanjutnya adalah melakukan tetap melakukan tes diagnostik awal sebelum masuk ke materi baru, dan mengadakan tes untuk mengetahui gaya belajar siswa. Untuk tes gaya belajat siswa, saya akan menggunakan instrument tes yang sudah ada. Diharapkan hasil tes gaya belajar akan memudahkan saya dalam merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi gaya belajar belajar siswa dalam proses belajar.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENAH RUANG GURU

Sebagai warga di dalam lingkungan sekolah tentu saja pasti terlibat dalam rutinitas pekerjaan sekolah. Saya sebagai seorang guru mulai hari Senin sampai dengan Jum'at   hadir dan beraktivitas di sekolah. Menjadi tokoh pembelajaran di kelas, menyelesaikan tugas-tugas administrasi di ruang guru, kadang kala bercengkraman dengan siswa di koridor kelas ataupun di perpustakaan sekolah.  Namun mengingat padatnya jadwal mengajar, maka waktu saja banyak dibelanjakan di dalam pembelajaran. Sisa waktu, biasanya saya gunakan untuk mengoreksi tugas-tugas siswa, menyelesaikan segala administrasi guru yang sedikit. Maksudnya sedkit-sedikit diminta mengumpulkan berkas :) Nah kegiatan tersebut sering saya habiskan di ruang guru. Ruang guru adalah tempat yang nyaman untuk guru. Sayangnya bagi siswa belum tentu demikian. Siswa terkadang terlihat enggan untuk datang ke ruang guru. Misalnya siswa yang berkepentingan mengumpulkan tugas biasanya hanya menitip kepada  temannya untuk dikumpulkan

Contoh Miskonsepsi

Setiap memulai tahun pelajaran baru, saya yang biasanya mengajar di kelas X beberapa kali (jika tidak ingin disebut sering) menemui cerita yang sama. Diantaranya adalah siswa yang belum hafal perkalian. Karena untuk mempercepat proses kalkulasi selain paham konsep perkalian, siswa sangat disarankan hafal perkalian. Namun beberapa siswa masih kesulitan dalam hal ini. Selain itu, masalah operasi bilangan negatif positif juga sama. Masih saja mereka kesulitan menyelesaikannya padahal sudah menginjak kelas X di SMA. Bahkan, bila saya mengulang kembali konsep operasi bilangan. Kesalaha tetap terjadi lagi. Seolah pelajaran terdahulu mereka sulit sekali dirubah. Apa yang mereka pahami pada awal mengenal konsep operasi seringkali belum benar.  Banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah miskonsepsi dan atau memang belum paham konsep. Saya sangat tertarik dengan faktor miskonsepsi. Karena hal ini perlu menjadi perhatian guru. Istilah yang kadang diberikan guru akan melekat e

Klinometer

Materi trigonometri sangat menarik untuk diajarkan. Salah satunya bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan adalah penugasan membuat klinometer. Dengan keterbukaan informasi saat ini, guru dapat dengan mudah memberikan tugas membuat klinometer. Guru cukup memberikan instruksi membuat klinometer dengan sumber informasi dari internet. Guru dapat memberikan beberapa situs yang dapat dirujuk siswa dalam membuat klinometer salah satunya di wikiHow . Guru dapat membebaskan siswa memilih untuk membuat klinometer dengan jenis tertentu. Biasanya dalam satu kelas, siswa akan membuat klinometer sebanyak tiga jenis. Beikut ini adalah contoh klinometer yang dibuat oleh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Koba. Model 1 Klinometer Model 1  Kelebihan   : pengamat dapat melakukan pengukuran seorang diri. Kekurangan: memerlukan penyangga atau  tempat meletakkan klinometer saat digunakan Model 2 Klinometer Model 2 Klinometer model 2 ini adalah klinometer yang paling banyak dibuat oleh